Wajib Tahu Kisah Perjalanan Bisnis Fadel Muhammad

Fadel Muhammad lahir pada Ternate bertepatan menggunakan Hari Kebangkitan Nasional dalam lepas 20 Mei 1952. Ia adalah anak sulung dari famili pedagang antar-pulau pada Ternate. Ia diberi nama Fadel oleh almarhum kakeknya yg bernama Salim. Melalui mata batinnya, Salim percaya bahwa cucunya akan memiliki masa depan yg berbeda dari sahabat-sahabat sebayanya. Ia menghabiskan masa kecilnya sebagai anak yg sederhana & patuh pada kedua orang tuanya, Muhammad Al Hadar dan Fatama. Masa remajanya dihabiskan pada Gorontalo dan Ternate. Saat masuk SMA, dia mulai menetap di Ternate. Ia lalu tetapkan buat melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung agar wawasannya semakin luas dan cita-citanya meningkat. Saat meninggalkan Ternate, kakeknya menasihati agar ia harus mengambil bagian pada sejarah Indonesia, tidak hanya menjadi pembaca kisah-kisah sejarah.

Image Credit

Saat berkuliah pada Institut Teknologi Bandung pada tahun 1972, Fadel adalah mahasiswa berprestasi sebagai akibatnya ia mendapat tawaran beasiswa pada Institusi Teknologi California. Semangat wirausahanya dimulai waktu beliau memperbaharui pola usaha koperasi mahasiswa menggunakan mengkapilatisasi merk Institut Teknologi Bandung buat memperoleh kesuksesan bisnis lebih banyak. Pada tahun 1975, Fadel mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan dan terpilih sebagai ?Tokoh Mahasiswa Institut Teknologi Bandung?. Karena memiliki berbagai prestasi, Fadel menerima tawaran beasiswa menurut Caltex & Grant berdasarkan Mitsubishi. Namun semua tawaran beasiswa ditolaknya karena ia ingin lebih fokus berkuliah pada ITB. Saat masih menjadi mahasiswa, ia pernah sebagai anggota Korps Resimen Mahasiswa dan kegiatan Masjid Salman ITB. Pada tahun 1978, Fadel lulus menggunakan gelar Insinyur berdasarkan Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung.

Setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung, Fadel menetapkan buat berprofesi sebagai wirausahawan. Perusahaan pertama yg didirikannya merupakan PT. Bukaka Teknik Utama. Perusahaan tadi didirikan beserta Ahmad Kalla (saudara termuda kandung Jusuf Kalla) & Erwin Kusler pada tahun 1980. Bisnis-bisnis kecilnya semakin berkembang sampai menjadi perusahaan akbar. Pada tahun 1990, PT. Bukaka Teknik Utama berhasil menerima pengakuan public company dan hingga ketika ini sudah memperkerjakan puluhan ribu orang karyawan. Kesuksesannya dalam bisnis wirausaha menjadikan Fadel memperoleh posisi sebagai eksekutif & pemilik saham perusahaan-perusahaan nasional yang melakukan joint venture dengan perusahaan-perusahaan internasional. Ia pernah mempunyai saham Bank Intan sebelum bank tadi dilikuidasi. Selain mendirikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), hingga waktu ini Fadel menjabat menjadi Ketua Umum Pengurus Dewan Jagung Nasional dan merupakan Kandidat Doktor acara studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Gadjah Mada.

Fadel memulai kariernya di bidang politik sebagai pengurus inti DPP partai Golkar pada tahun 1989 hingga 2004. Ia menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Indonesia Bersatu II untuk masa jabatan 2009 - 2014. Sebelum menjadi menteri, ia bertugas sebagai Gubernur Provinsi Gorontalo selama dua periode jabatan. Pada tanggal 10 Desember 2001, ia dilantik sebagai Gubernur Gorontalo. Pada tahun 2006, ia mendapatkan suara sebanyak 81% melalui pemilihan langsung. Jumlah angka dalam pemilihan langsung tersebut dicatat Museum Rekor Indonesia sebagai rekor pemilihan suara tertinggi di Indonesia untuk pemilihan gubernur sepanjang sejarah. Perolehan suara yang tinggi ini membuatnya  menjabat kembali sebagai Gubernur Gorontalo untuk periode 2006-2011.

Fadel mengukir banyak prestasi dan memperoleh poly penghargaan ketika menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gorontalo. Ia berhasil merealisasikan gagasannya yang visioner di bidang pembangunan kelautan dan perikanan setempat. Visi utamanya menjadi gubernur adalah menciptakan Gorontalo dengan mandiri dan menjunjung tinggi moralitas agama. Saat sebagai gubernur, Gorontalo belum usang dimekarkan berdasarkan Provinsi Sulawesi Utara yaitu dalam tahun 2001 sehingga ia mengakselerasi pembangunan buat mengejar ketertinggalan daerahnya menurut provinsi lain di Indonesia. Kebijakan penting saat masa jabatan Fadel sebagai gubernur adalah pemugaran besar di bandara Limboto sehingga calon jamaah haji berdasarkan Gorontalo sanggup terbang memakai pesawat berdasarkan Limboto langsung ke Mekkah.

Fadel mendapat penghargaan “Citra Pelayanan Prima” dari Presidan Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir tahun 2006 karena dianggap telah menjadi gubernur yang melayani masyarakat dengan baik. Selain itu, ia juga meraih penghargaan”Pencapaian Menuju  Tertib Administrasi Keuangan (terbaik)” dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ia terpilih untuk menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Indonesia Bersatu II dari tanggal 22 Oktober 2009 hingga reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II pada tanggal 18 Oktober 2011. Saat menjabat sebagai menteri, ia banyak melakukan pengembangan program kawasan minapolitan percontohan di 48 titik kegiatan nelayan di 41 daerah yang tersebar di seluruh Indonesia serta merancang proyek mega minapolitan di Moro-tai, Maluku Utara.

Kasus keuangan yang pernah menimpa Fadel merupakan ketika ia dinyatakan berhutang sampai 40 miliar rupiah pada Bank IFI, US$ 4,8 juta kepada ING Barings dan 93,2 miliar kepada BPPN. Saat itu dia wajib menghadapi perkara kepailitan melawan Bank IFI, ING Barings South East Asia Limited pada Singapura dan BAdan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun 2004 dia bebas pada tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung meskipun Pengadilan Niaga Jakarta menyatakannya sudah pailit pada tahun 2001. Ia pula pernah tersandung kasus dugaan korupsi penyalahgunaan APBD 2001 sebanyak Rp 5,4 miliar. Jumlah semua harta kekayaan Fadel per 30 November 2009 adalah Rp 119,8 miliar & 235.652 dolar Alaihi Salam menggunakan surat berharga Rp76 miliar & utang 1,64 miliar.

Saat diperiksa keuangannya oleh KPK, Fadel mengungkapkan bahwa jumlah harta kekayaannya mengalami penurunan dibandingkan catatan per tiga Juli 2006 yang berjumlah Rp 121,4 miliar. Penurunan jumlah tersubut dinyatakan karena terkait dengan penurunan jumlah surat berharga dampak aneka macam penjualan perusahaan miliknya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...