Wajib Tahu Kisah Perjalanan Bisnis Peter Sondakh
Peter Sondakh, pengusaha sukses dari Indonesia yg menduduki peringkat ke-6 sebagai orang terkaya pada Indonesia, mengalahkan Eddy William Katuari, Eka Tjipta Widjaja, Aburizal Bakrie, & Murdaya Poo, menggunakan total kekayaan mencapai 1,05 miliar Dollar Amerika pada tahun 2008. Peringkat ini terus naik bila dipandang berdasarkan peringkatnya pada tahun 2006 (ke-12) & tahun 2007 (ke-9). Jika Anda mencari nama ?Peter Sondakh? Di internet, jangan terkejut apabila beberapa asal warta tentang laki-laki ini asal dari situs resmi Forbes. Pria ini memang telah berkali-kali diklaim pada Majalah Forbes sebagai keliru satu pengusaha yg sukses, nir hanya di Indonesia, tetapi pula di dunia.
Perjalanan usaha yang mengganti hidupnya dimulai saat ia dikejutkan sang kematian ayahnya, B. J. Sondakh, dalam tahun 1975. Kematian ayahnya itu menciptakan anak pria satu-satunya ini sadar bahwa harus ada yang menghidupi famili dan menggantikan posisi ayahnya di perusahaan yang sudah dirintis sang ayahnya sejak tahun 1954. Di usia 22 tahun, Peter merogoh alih perusahaannya. Tentu saja beliau mengalami kesulitan dalam awalnya lantaran kebanyakan karyawan di perusahaan itu telah seusia dengan ayahnya.
Image credit
Bisnis sebelum krisis moneter
Rupanya, talenta berbisnis ayahnya pula tertanam di diri Peter. Dari tahun 1976, namanya telah tercatat menjadi pemegang saham PT Bumi Modern. Pada tahun 1984, dia juga tercatat sukses membawa perusahaannya ke masa kejayaan di bawah bendera PT Rajawali Wira Bhakti Utama. PT Rajawali Bhakti Utama yang merupakan berasal muasal Grup Rajawali merupakan perusahaan holding yang lalu dikenal menggunakan nama PT Rajawali Corporation (RC).
Sembari terus menjalankan bisnisnya, Peter selalu terbayang-bayang cita-cita ayahnya untuk membuka sebuah hotel. Tanpa disadari, perlahan-lahan Peter menyadari adanya peluang buat mewujudkan hasrat ayahnya itu saat PT Bumi Modern milik Peter berhasil bekerja sama menggunakan Asuransi Bumi Putera buat menciptakan Hotel Hyatt pada Surabaya.
Bersama dengan rekan usaha pertamanya, Bambang Trihatmodjo (putra Presiden Soeharto), menciptakan Grand Hyatt di Jakarta. Setelah sukses dengan hotel mewah ini, Peter & Bambang terus memperluas jaringan bisnisnya menggunakan mendirikan jaringan televisi partikelir pertama pada Indonesia yg mereka namai Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI).
Sejak Peter mengambil alih perusahaan ayahnya, pada ketika sekitar 20 tahun, Grup Rajawali sudah mempunyai 5 sektor bisnis yg mencakup sektor pariwisata, transportasi, keuangan, perdagangan, dan jasa telekomunikasi. Menurut data PDBI periode 1976 hingga 1996, PT Rajawali ini telah mengakuisisi 13 buah perusahaan & mengdivestasi 6 butir perusahaan. Jadi, total perusahaan yang terafiliasi menggunakan perusahaan milik Peter ini berjumlah 49 perusahaan.
Pada tahun 1991, Peter ditawari oleh pemerintah buat menangani perusahaan PT Bentoel Group yang saat itu hampir bangkrut. Ia mendapat tawaran tadi. Perlahan akan tetapi niscaya, PT Bentoel Group pun mulai eksis pulang & delapan tahun kemudian, PT Bentoel Group sudah mulai membentuk laba.
Masih bersama menggunakan Bambang Trihatmodjo, Peter membangun Plaza Indonesia beserta PT Bimantara. Pria yang pintar pada menggunakan koneksi taraf tinggi ini kemudian merambah ke sektor telekomunikasi dengan mendirikan Excelmindo Pratama yg mulai dioperasikan sejak tahun 1996 dan lalu dijual ke Telekom Malaysia.
Saat krisis moneter melanda
Bukan pebisnis sejati namanya jika belum merasakan kegagalan. Antara tahun 1997 dan 1998, nama Peter Sondakh nyaris karam pada dunia usaha Indonesia dampak terjadinya krisis moneter & laju inflasi yg nir terkendali. Ia harus menanggung hutang sebanyak dua,1 triliun Rupiah kepada BPPN. Total hutang sebanyak itu tiba dari dari 17 anak perusahaan miliknya. Peter dihadapkan pada keadaan dimana dia terpaksa melepaskan kepemilikan sahamnya atas Apotek Guardian, RCTI, dan Lombok Tourism. Bank miliknya, Bank Pos, pun wajib ikut dibekukan karena kesulitan likuiditas.
Tidak mau karam begitu saja, Peter menerangkan kepiawaiannya dalam berbisnis dan berhasil melewati krisis ekonomi pada waktu itu. Setelah melakukan restukturisasi kelompok usahanya, Peter mendirikan NetToCyber Indonesia pada tahun 2001 yang berkiprah pada bidang jasa BroadBand Internet, Virtual Private Network, Internet Data Center, & Network Integration.
Setelah krisis moneter
Tahun 2005, Peter menjual 27,3% sahamnya di Excelcomindo. Aksi penjualan saham ke Telekom Malaysia Group ini cukup mengejutkan rakyat. Excelcomindo merupakan salah satu bintang industri telekomunikasi nasional. Tidak dikatakan alasan mengapa Peter menjual saham senilai 314 juta Dollar Amerika tersebut. Seperti masih ada yg harus diselesaikan, Peter kembali menjual 15,97% sahamnya pada Excelmindo kepada Etisalat, perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab.
Hasil penjualan saham senilai 438 juta Dollar Amerika ini lalu beliau pakai untuk membeli 24,9% saham di PT Semen Gresik senilai 337 juta Dollar Amerika menurut Cemex (Cementos Mexicanos).
Tahun 2006, Rajawali Group melebarkan sayapnya dan terjun ke usaha perkebunan kelapa sawit yg beroperasi pada sub-holding PT Jaya Mandiri Sukses Group di Kalimantan Timur dan Sumatera. Setahun kemudian, Rajawali Group pula terjun ke industri pertambangan di Kalimantan melalui PT International Prima Coal.
Seperti bahagia memberikan kejutan buat rakyat, Peter pulang menciptakan media galau atas aksinya menjual 56,96% sahamnya di PT Bentoel. Saham senilai tiga,35 triliun Rupiah itu kemudian dibeli oleh British American Tobacco (BAT). ?Rajawali sebagai perusahaan investasi ingin memfokuskan perhatiannya pada bidang properti, pertambangan, dan perkebunan. Dengan ketiga pilar bisnis ini, Rajawali akan berupaya buat menjadi dunia player yg terkemuka,? Kata Peter mengungkapkan alasan aksi mengejutkannya itu.
Rajawali Group kemudian memperluas jaringan hotelnya pada Indonesia menggunakan mendirikan hotel bintang lima Sheraton di Bali, Lampung, Bandung, Lombok, Kuala Lumpur, dan Langkawi. Rajawali Group ini jua mengemban Hotel Saint Regis pada Bali & Novotel Archipelago Resources yg mengelola tambang emas menggunakan harga 60 juta Dollar Amerika. Setelah itu, perusahaan ini mendirikan sebuah perusahaan patungan menggunakan PT Bukit Asam pada Kalimantan Timur.
Pria lulusan Universitas La Salle menggunakan jurusan Commercial Finance ini juga bekerja sama dengan sejumlah perusahaan besar di Indonesia seperti Grup Sinar Mas dan Ometraco dalam menciptakan Plaza Indonesia. Peter juga berpartisipasi pada pembangunan PT Gemanusa Perkasa. Ia juga mempunyai saham pada beberapa perusahaan seperti PT Asiana Imi Industries dan PT Gemawidia Statido Komputer.
Kini, pria berasal Manado yang lahir pada Malang ini terus berbagi perusahaannya sebagai perusahaan bisnis yang dapat beradaptasi di segala situasi dan kondisi. Sebagai perusahaan investasi, wajib diakui bahwa Rajawali merupakan perusahaan yang bergerak maju dan kreatif.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...