Wajib Tahu 5 Kesalahan Mengelola Bisnis Waralaba Makanan
Bisnis waralaba adalah jenis bisnis yg banyak diminati oleh banyak sekali kalangan. Di pada negeri, nir hanya pemilik usaha waralaba yang tumbuh subur, tapi juga para pendaftar usaha. Jenis & produk yg pada tawarkan pada pembeli sangat majemuk. Bahkan satu jenis produk yg ditawarkan mempunyai beragam ciptaan yg membedakan satu waralaba menggunakan bisnis waralaba yang lain.
Kondisi itu pula terjadi pada lahan bisnis waralaba dalam bidang kuliner. Tidak perlu susah payah, lihat saja contohnya pada luar, mulai menurut produk kebab, fungi, es cincau dan sebagainya yang semakin menjamur. Uniknya, tiap produk itu serupa akan tetapi tidak sama, karena masing-masing mempunyai produk & keunggulan yg tidak sinkron.
Meskipun menjadi alasan buat mendapatkan laba, para pebinis waralaba pemula terkadang melakukan beberapa kesalahan. Bahkan diantaranya termasuk kesalahan yang fatal. Sehingga untuk mendapatkan laba dan berkembang mampu tidak tercapai. Alih-alih keuntungan, ternyata malah kerugian yang didapat. Berikut beberapa kesalahan yang menciptakan bisnis waralaba tidak berjalan sukses :
1. Terlalu cepat memilih
Kebanyakan para pelaku waralaba yg ingin terjun kedalam bisnis waralaba kuliner hanya karena tergoda menggunakan laba yang dijanjikan oleh pemilik waralaba. Mereka ini umumnya para pemula yg tidak memiliki pengalaman dalam mengelola usaha. Sehingga yg mereka lakukan merupakan pribadi membeli paket bisnis waralaba makanan tersebut. Sayangnya pembelian paket itu mereka lakukan secepat kilat tanpa melihat dan menentukan kualitas yang indah.
Tanpa pertimbangan yg matang, para pebisnis waralaba akan langsung membeli bisnis waralaba makanan yang telah memiliki nama yg sudah dikenal oleh aneka macam kalangan. Dengan asumsi, nama akbar tentu bisa sebagai jaminan kelancaran berbisnis waralaba. Namun sayangnya hal itu bukanlah jaminan. Oleh karena itu, pertimbangkanlah faktor lain misalnya keberhasilan, kualitas dan minat pasar terhadap bisnis waralaba yg akan dibeli.
2. Sombong
Berapa poly gerobak-gerobak waralaba yang telah dibeli tersebut pribadi dikelola oleh pembeli waralaba. Jawabannya tidak poly. Contoh mudahnya mampu dicermati di pinggir jalan, di depan minikarket atau bahkan pada dalam mall. Gerobak atau lapak tersebut sebagian besar bukan pebisnis waralaba yang menjaganya, namun orang lain atau saudara yang sengaja dibayar buat menjaga gerobak waralaba kuliner tadi.
Memang poly alasan buat tidak bisa menjaga loka usaha waralaba tadi secara berdikari. Banyak hal mulai menurut ketika juga kesibukan kerja yang padat, sebagai akibatnya menentukan untuk mempekerjakan orang lain. Padahal melakukan hal tadi sama saja memperbanyak peengeluaran yg dikeluarkan & semakin sedikit keuntungan yang dihasilkan. Coba bayangkan berapa keuntungan yg didapat jika yg menjalankan bisnis waralaba sendiri yang menjaga eksklusif bisnisnya. Tentu penghasilan yg didapat tidak terlalu poly berkurang lantaran dipotong menggunakan upah penjaga gerobak.
Jadi, mulai kini yg menjalankan usaha waralaba sebaiknya tidak langsung bertingkah misalnya seseorang penguasa yang hanya memantau gerobak Anda pada saat satu minggu sekali bahkan tidak pernah memantau perkembangan usaha waralaba. Cobalah untuk belajar sebagai orang yg rendah diri menggunakan tidak bertingkah menjadi seorang penguasa padahal beliau hanya seseorang pebisnis yang hanya menjalankan bisnis orang lain.
3. Tidak menjalankan SOP yang ditentukan
Sebelum menjalankan bisnis waralaba umumnya terdapat peraturan yg dijelaskan sang pemilik kepada orang yg menjalankan bisnis waralaba. Setelah membeli lisensi usaha waralaba, ada aturan SOP (standart operating procedures) yg harus dijalankan. Aturan itu sengaja dibentuk buat mengatur kualitas produk makanan yang dibuat. Namun beberapa pebisnis waralaba pemula tidak menjalankan apa yang sudah di untuk tadi.
Seringkali para pemula lupa bagaimana termin-termin dan apa yg harus diperhatikan pada pembuatan produk waralaba kuliner. Misalnya menjalankan bisnis waralaba minuman, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu berapa poly sendok gula, air, bubuk kopi yang harus diberikan, atau berapa derajat air yg dipakai buat menyeduh kopi. Semua hal itu sebenarnya sudah diatur. Namun, para pemula terkadang melupakan lebih jelasnya tadi. Alhasil, cita rasa berdasarkan produk waralaba berbeda menggunakan yg diharapkan & ditentukan.
4. Tidak fokus
Tidak jarang, poly pebisnis waralaba pemula yg terlalu berambisi memiliki poly paten menurut pemilik bisnis kuliner. Sehingga mereka memiliki banyak ragam usaha waralaba yang dibeli. Mulai berdasarkan menjual burger, kebab, tahu, fungi, es cincau & masih banyak lagi. Sayangnya memiliki banyak ragam waralaba mampu berakibat pebisnis waralaba tidak fokus dan output yang didapatkan menurut bisnis tersebut nir maksimal .
Satu macam bisnis belum berkembang pesat, telah membeli lagi usaha waralaba lain. Begitu seterusnya. Padahal pemahaman dalam menjalankan produk yang tidak sama tentu nir sama. Sebaiknya yang dilakukan dalam berbisnis yaitu bisnis secara sedikit demi sedikit supaya hasilnya maksimal . Tidak ada salahnya apabila memiliki beraneka ragam produk waralaba, tetapi yg lebih baik merupakan bisnis yg dijalankan berkembang terlebih dahulu. Jika usaha yang sedang dijalankan itu berkembang & maju, baru Anda sanggup menjalankan bisnis waralaba yg lain. Tetapi wajib sinkron dengan minat & kemampuan pada mengelola usaha tadi.
5. Kurang meneliti tempat
Peluang besar usaha waralaba yg semakin menjamur tentu membuat poly orang yang ingin menginvestasikan uangnya buat membuka bisnis waralaba. Hal itu membuat gerobak waralaba kuliner semakin menjamur. Sehingga sanggup jadi waralaba yg sama terdapat 2 bahkan 3 penjualnya pada satu jalan yg sama. Jika sudah terlanjur mengurus biar buat berjualan pada loka yang sama menggunakan pesaing, tentunya bisa berdampak kurang baik bagi yg menjalankan usaha waralaba.
Kesalahan tersebut dilakukan pemula dampak tidak melakukan penelitian tempat berjualan menggunakan matang. Akibatnya penghasilan & laba yg didapatkan tidak sesuai dengan asa, lantaran terlalu poly bersaing menggunakan waralaba yang sama jenis produknya. Jadi sebelum Anda memulai membuka lapak & menjalankan bisnis waralaba usahakan lihat terlebih dahulu apakah sudah banyak produk serupa yg ditawarkan.
Membuka bisnis waralaba terutama kuliner memang sedang trend pada negeri. Memang berbisnis kuliner konsumsi masih sebagai jenis bisnis yang memiliki keuntungan yg tinggi. Tetapi jika hal tersebut nir didukungi menggunakan berita, pengetahuan, kemampuan & kemauan buat membuatkan bisnis waralaba makanan tentunya akan sia-sia. Tentunya pembeli waralaba nir ingin uang yang mereka investasikan akhirnya berujung pada gerobak kotor yang usang. Usahakanlah produk waralaba kuliner yang dipilih sesuai dengan latar belakang selera atau passion. Misalnya jika Anda penggemar kopi, pilihlah waralaba yang menunjukkan produk olahan kopi.
Demikian artikel tentang beberapa kesalahan dalam mengelola usaha waralaba. Semoga bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi para pebisnis waralaba. Sekian & terimakasih.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Leave A Comment...